Awalnya, kata dia, banyak yang tidak yakin dan ogah menyetor foto kopi KTP-nya. Namun, setelah diberi pemahaman, jumlah orang yang menyetor foto kopi KTP untuk bantuan Rp 1,2 juta meluber hingga 200 orang alias melebihi kuota.
“Data itu kita serahkan ke kantor dinas. Kemudian, dinas print dan dikirim ke utusan istana (Presiden). Makanya ada yang dapat, ada yang tidak karena data membengkak. Kami pengelola pasar tidak terlibat sama sekali dalam pembagian amplop, semua dari istana” jelasnya.
Selain Rp 1, 2 juta, terang dia, para pedagang juga mendapat paket Sembako dari Presiden. Delapan orang diantaranya diterima langsung dari tangan Jokowi. “Delapan orang itu memang sudah melakukan tes Antigen bebas Covid-19,” katanya.
La Riri-sapaan karib Syahrir mengungkapkan, saat itu pihaknya juga melakukan pendataan calon penerima paket Sembako berisi beras, minyak goreng, dan susu dari Presiden Jokowi. Data yang terkumpul rupanya melebihi kuota 2.000 paket.
“Karena rame sekali barang itu, maka atas arahan pimpinan dan mereka (istana), sy mengumpul KTP supaya pembagiannya sesuai KTP. Ternyata, foto kopi KTP yang terkumpul malam itu lebih kurang 1,7 juta,” tukasnya.
Paket Sembako itu, ujar dia, disalurkan oleh pihaknya, bukan lagi orang istana Presiden. Pembagian paket yang semula di lakukan di lapangan pasar terpaksa dipindahkan ke kantor pengelola pasar lantaran terlampau banyak penerima dan membahayakan keselamatan.
“Waktu di kantor kita berada di atas masyarakat di bawah. Kita bacakan namanya satu-satu, waktu kita panggil ada yang tidak ada orangnya. Makanya ada juga yang sudah kumpul tidak dapat Sembako. Rata-rata yang tidak dapat itu karena tidak ada di lokasi pembagian, mereka masih menjual,” tandasnya.(exa)