Pemilu Legislatif 2024, Begini Cara Menilai Calon yang Layak Dipilih

  • Bagikan

salah satu poin sederhana dalam menyimpulkan bahwa mereka layak untuk dipilih atau pun sebaliknya, bisa kita lihat dalam komunikasi persuasif antara rakyat dan si calon wakil rakyat. Contohnya apabila ketika kita melakukan komunikasi persuasif lewat media, melalui chat Wa ataupun FB yang diawali dengan kalimat assalamualaikum, tapi tak kunjung ada balasan walaikumussalam maka saya sarankan hindari calon tersebut.

Alasannya sederhana,, dalam pandangan Islam salam itu wajib untuk dijawab lantas kemudian ketika si calon tak menjawabnya itu menandakan tidak adanya niatan dalam dirinya untuk menjadi wakil rakyat yang ujung-ujungnya hanya menjadikan rakyat sebagai batu loncatan untuk menuju kursi legislatif, setelah itu menghilang di tengah-tengah rakyat dan malah menjadi antek-antek kapitalis yang hanya mementingkan kepentingan dirinya.

Demokrasi kita hidup ketika ada oposisi di luar pemerintahan yang melihat pemerintah dari kacamata luar, tentu parlemen juga perlu kita evaluasi sebagai bagian dari pada representasi rakyat di pemerintahan. Persoalan pertama yakni “apa yang telah di perbuat selama 5 tahun bagi mereka yang telah duduk di parlemen”? Hal ini tentu masyarakat di masing-masing dapil bisa melihat dan menilai siapa Aleg yang pantas dipertahankan di parlemen atau pun sebaliknya.

Yang ke dua, bagi mereka yang ingin bertarung sebagai penantang baru di legislatif bisa kita nilai dari segi perilaku, adab atau pun karakter sejauh mana rasa kehumasan, nasionalis bahkan individualistiknya dalam relasi sosialnya.

Terlebih lagi yang perlu kita hindari adalah penyebaran many politik di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan melakukan transaksi jual beli suara. Tumbuhkan kesadaran itu penting di 2024 nantinya, karna arah baru Bangsa ini tergantung bagaiaman masyarakatnya menentukan pilihan.

“Kita harapkan d..ipeleg 2024 nanti mampu melahirkan wakil rakyat yang betul-betul mampu menjadi representasi rakyat di pemerintahan, tidak hanya tidur di dalam ruang rapat, juga tidak hanya nonton dalam menyaksikan kesengsaraan rakyatnya, tapi bisa menjadi lingkaraisasi dari suara-suara rakyat bawah yang membutuhkan keadilan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di bangsa ini”, harapnya.(PO4)

  • Bagikan