Amirul Tamim: Bicara Maritim, Baubau Ibukota Provinsi

  • Bagikan

BUTONPOS-PEMBENTUKAN Provini Kepulauan Buton (Kepton) adalah perkara yang urgen untuk diwujudkan.

Itulah pesan penting yang disampaikan anggota DPD RI, Dr H MZ Amirul Tamim dalam Konsultasi Publik Tahap I Rancangan Awal RPJP Kota Baubau Tahun 2025-2045 di aula salah satu hotel di Baubau, Senin (11/12) lalu.

Dikatakan, sebagai orang yang lahir, besar, dan pernah diberikan amanah menjadi Wali Kota Baubau, perlu saling mengingatkan bagaimana memajukan daerah, terkait visi, misi untuk ke depan.

“Tahun depan kita akan melewati RPJP tahun 2005-2025. Kita akan masuk pada 2025-2045, 2045 tahun emas,” ujarnya.

Dikatakan, Indonesia menetapkan visi, yaitu di tahun emas Indonesia akan menjadi negara Nusantara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Kita sebagai bagian dari itu, berada dimana?

Amirul menyebutkan, sedikit yang ditangkap dari ujung pidato Pj Wali Kota, Dr Rasman Manafi, Baubau adalah daerah maritim. Pembicara pertama juga didorong penguatan pada maritim. Kita yang ada disini sangat setuju.

“Oleh sebab itu, saya mengajak kepada kita semua, kembali ke sejarah panjang kita. Sejarah panjang kita, catatan-catatanya, kita adalah jalur rempah,” papar Amirul.

Diuraikan, kita pernah menjadi suatu bangsa, terdapat sultan dan raja. Baubau pernah menjadi Ibukota Sulawesi Tenggara, dalam sejarahnya, tidak bisa dipungkiri. Terjadi tanpa rekayasa.

“Tapi karena posisi yang ada, maka dia akan merangkainya. Tahun 1964, kita sepakat untuk menjadi satu Provinsi Sulawesi Tenggara,” terangnya.

Eksisting Baubau tahun 1964, kata Amirul, jauh melampaui semua kota-kota yang ada dikawasan ini. Kalau melihat antara eksisting Baubau dengan Kendari, jauh sekali.

“Memang kita tidak bisa sama dengan Makassar pada waktu itu. Tapi kita sudah dihitung. Tapi dalam perkembangan selanjutnya saat menjadi provinsi, kenapa kita tertinggal, ada apa?”

Kata Amirul, berarti ada yang salah. Salah dari kita sendiri, salah sari orang lain yang memposisikan kita, juga salah kita mungkin dalam memberikan informasi dan data.

Oleh sebab itu, terang Amirul, mari hati-hati memberikan informasi dan data, agar dokumen yang disusun 2025-2045 sesuai dengan karakter, potensi, dan harapan serta peran yang bisa kita mainkan.

“Kenapa kita tidak bisa bermimpi bahwa kita adalah salah satu pilar maritim Indonesia. Kalau kita hanya berbicara hanya dalam konteks Baubau, sebagai daerah otonom yang posisi tingkat dua, saya kira tidak bisa,” tuturnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, semangat untuk menjadikan priovinsi yang harus diposisikan untuk berbicara lebih. Kita bisa bicara maritim, kalau Baubau ibukota provinsi.

“Karena potensi kelautan kita, coba pelajari dimana ikan yang besar. Dimana ikan yang menjadi hidangan yang mewah, mahal di restoran besar dunia, tidak sedikit ikan dari sini. Belum lagi yang lain,” tuturnya.

“Tetapi kita tidak bisa bicara. Baru saja diambil kewenangan kita disektor perikanan, kita serahkan semua dengan coldstorage-nya. Mau bagaimana kita bicara tentang maritim,” sambungnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, kenapa dulu ketika awal menjadikan visi Baubau untuk lima tahun, pintu gerbang ekonomi dan pariwisata Sulawesi Tenggara.

Ia bertanya, kenapa tempatkan power plan di Kolese? Karena diketahui, salah satu penggerak energi listrik ke depan, adalah energi arus laut. Oleh sebab itu tempatkan power plan dalam master plan di Kolese. Karena energi listrik tidak bisa diandalkan dari diesel.

Tidak bisa juga dengan angin, karena angin kita tidak konsisten. Bisa dalam bentuk puting beliung, kadang angin sepoi-sepoi. Tapi energi laut Selat Buton, titik terendahnya 6 knot.

“Kenapa Waruruma dijadikan kota mandiri? Oleh sebab itu perencana ini tolong prediksi berapa penduduk Baubau untuk sampai tahun 2045. Hitung berapa, kalau 200 ribu tidak bisa dipercaya,” tuturnya.

“Kenapa menjadikan Baubau bertingkat, mulai dari palagimata? Karena melihat piramida penduduk kita, umur 15 tahun ke bawah waktu itu, besar. Sepuluh tahun akan datang menjadi pengantin baru, dimana tinggalnya? Apakah bangun lagi kasus Tomba, Bone-bone, Wameo, Kaobula? Kita tidak ingin rumah orang tuanya, kawin anaknya bangun di sampingnya. Kawin anaknya satu (lagi), bangun di belakang,” sambungnya.

Selain kekumuhan, kata dia, nilai ekonomi dari tanah, kecil, rendah. Oleh sebab itu setiap tragedi untuk kota menjadikan tanah adalah aset yang bernilai, maka perlu rekaya kawasan. Kenapa bangun kantor wali kota baru, Kotamara.

  • Bagikan

Exit mobile version