Diterangkan, kondisi Buton Tengah sebelum dimekarkan termasuk daerah yang cukup tertinggal. Misalnya dari sisi fasilitas pendidikan, dari tujuh kecamatan di Buton Tengah, hanya punya dua SMA Negeri yaitu di Mawasangka dan Lombe.
“Maka alhadulillah, saya selesai bupati semua kecamatan sudah punya SMA Negeri. Bahkan ada yang dua seperti Mawasangka jadi dua SMA Negeri, tiga malah. Jadi itu dari sisi pendidikan,” ungkapnya.
Bupati Buton dua periode ini menguraikan, dari sisi transportasi Kecamatan Mawasangka Timur tidak bisa dijangkau dengan mobil. Hanya roda dua, sehingga bahan pangan mahal.
“Sayur itu mahal sekali disana, karena asalnya dari Muna. Yang murah itu hanya ikan karena di pinggir laut. Kalau bicara beras, sayur itu mahal karena memang jalannya itu masih berat,” jelasnya.
Kemudian, sambung Sjafei, karena SMA hanya ada dua, maka diuntungkan Kota Baubau. Banyak anak tamatan SMP sekolah di Baubau. Sehingga seperti SMA Bataraguru, SMA Mutiara punya banyak siswa.
“Kita cari anak tinggal dimana-mana ada, sekarang tidak ada lagi karena sudah sekolah di kampungnya. Itu dulu, kondisinya seperti itu,” katanya.
“Kemajuan Buton Tengah luar biasa karena ini ditopang oleh kreatifitas bupatinya dan keinginan masyarakatnya mau maju. Bupatinya tahu apa yang harus dibuat, dia membuka jalan dulu, lalu masyarakatnya pelebaran jalan itu tidak meminta ganti rugi, bahkan rumah pun bongkar, kios bongkar mereka tidak meminta ganti rugi,” paparnya.
“Ada kemauan politik dari masyarakatnya, sehingga saling menunjang. Coba didaerah lain, satu pohon saja susah untuk diganti rugi. Jadi sebenarnya itu tergantung dukungan dari masyarakat juga kreatifitas bupatinya,” sambungnya.(IRWANSYAH AMUNU)