Ruksamin-Sjafei Kahar Gasss Poool

  • Bagikan
SOLID: Sjafei Kahar bersama puluhan tim dan massa pendukungnya dari sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara.(IST)

“Partai yang menentukan, dia bisa maju atau tidak, bukan kita. Saya paling keras bicara soal empat pilar,” tambahnya.

Bicara jenderal, kata Sjafei, kebetulan berteman lebih 30 jenderal. Tapi sudah pensiun, bintang tiga, bintang dua, bintang satu. “Kalau sudah pensiun, tidak ada lagi protokoler, sama masyarakat biasa,” akunya.

Sjafei belum lama dari Jakarta. Ia sempat bertem rekan jenderalnya yang tergabung yang tergabung dalam dakwah tabligh.

“Karena saya memang gabung di dakwah, ada manfaatnya juga. Ketika saya ke Malaysia, ke India dengan para jenderal di sana kita disambut kedutaan. Diatur kita, tidur dimana, makan dimana. Mobilnya apa, yang atur kedutaan. Coba bukan jenderal, artinya masih ada penghargaan, tapi tidak berarti masih ada portokoler,” bebernya.

Sjafei menjawab pertanyaan sudah pisah dengan Tina Nur Alam dari politik, kalau keluarga tetap. “Politik ya (pisah), keluarga tetap. Saya juga sudah makan minum di rumah beliau, orang tuaku mengajarkan kalau sudah makan minum di rumahnya itu, sama dengan saudara kandung, tidak boleh saling baku ganggu,” terangnya.

“Politik ya, saya berubah. Sekarang dengan Pak Ruksamin,” singkatnya. Diakui, Ruksamin sudah memonitornya. Setiap ke Baubau, tinggal di Salsa Resort miliknya. “Saya dengar sama ibu pernah dia bayar lebih 100 juta itu, tinggal-tinggal di sini,” sambungnya lagi.

Subuh, kata Sjafei, kalau Ruksamin azan, Sjafei imam. Begitu pula sebaliknya.

“Kebetulan kami sama-sama remaja masjid. Ada pepatah mengatakan, hadis ini. Orang baik akan diberikan teman baik, mudah-mudahan ini,” sebutnya disambut aplaus hadirin.

“Jadi saya sekarang singkat saja, dalam politik sudah dengan Pak Ruksamin. Doakan kami, untuk Sulawesi Tenggara yang lebih baik,” tegasnya.

Sjafei juga menyinggung soal partai pengusung. “Ada yang mengatakan ada partainya? Tidak usah pusing, kalau ada partai kita maju, kalau tidak ada partai kita mundur. Apa pusing-pusing. Hidup ini dibikin enak,” jelasnya.

Dikatakan, sumber penyakit hati. Itulah yang suka ngurus orang lain. Allah memberikan rahmat kepada tetangga, usahanya berhasil, beli segala macam, yang iri, sakit hati orang lain.

Sjafei juga menyebut Arusani didemo, ketika Agus diputus delapan bulan. Didemo banyak LSM, hingga rumahnya didatangi untuk minta dukungan. Namun tidak digubrisnya.

“Kamu percaya takdir baik, takdir buruk? Ya Arusani itu sudah dikasih Allah, dia akan jadi bupati. Agus sudah nasibnya akan begitu. Kalau kita demo Arusani sama saja kita bertengkar dengan nasibnya Arusani. Dan tidak menerima keputusan Allah,” urai Sjafei.

“Tapi kalau ada kezaliman di dalamnya, kita minta keadilan kepada Allah. Kita bersihkan hati kita, akhirnya dia dapat juga dia kan,” paparnya seraya menyebut banyak yang menentangnya, ujungnya mereka mendapatkan keburukan.

“Saya terus bekerja tidak macam. Hati itu dijaga, jangan sampai ada iri hati,” ujarnya.

“Mudah-mudahan usaha kita berhasil,” singkatnya diakhiri dengan pekikan takbir beberapa kali.(IRWANSYAH AMUNU)

  • Bagikan

Exit mobile version