BERLIAN Menata Buton. Sumarlin: PAD Naik 20 Kali Lipat, Desa Bisa Ekspor

  • Bagikan
DESA BISA EKSPOR: Calon Wakil Bupati Buton, LM Sumarlin diwawancara Pemred Buton Pos, Irwansyah Amunu dalam podcast Catatan Irwansyah Amunu. (IST)

Nilai tambahnya dimanfaatkan, artinya saya berpikir sederhana bahwa bagaimana investasi masuk di dalam Kabupaten Buton. Misalnya ada beberapa perusahaan-perusahaan yang masuk didalam akan difasilitasi pemerintah daerah. Dalam hal ini mungkin Perumda, namun tidak lepas bahwa petani atau nelayan yang menjadi filterisasi atau menjadi pengayong adalah Pemerintah Daerah atau dalam bentukan Perusahaan Daerah.

Sehingga apa yang mereka hasilkan betul-betul bisa dinikmati. Tidak hanya sebatas untuk profesi hari-hari hanya buat makan, bahkan yang saya inginkan adalah sektor agromarin juga menjadi penyumbang PAD terbesar. Saya pikir itu maksud dari Buton yang Maju dan Berdaya Saing.

Disampaikan dengan potensi yang ada, ingin go internasional menembus pasar dunia berarti. Apakah ada hal spesifik yang dilakukan untuk bisa menembus pasar global, karena kita tahu bahwa selama ini banyak orang-orang Buton itu punya keahlian di bidang maritim tapi mereka justru menjual hasil tangkapnya ke wilayah Papua misalnya. Padahal kita tahu bahwa kita disini potensi yang besar, untuk sampai go internasional apa yang bisa dilakukan?

Sangat mudah, hari ini melalui Kadin, beberapa bulan lalu kita sudah berhasil lakukan. Artinya apa, kita melihat bahwa masih banyak potensi perikanan. Contoh paling kecil Kabupaten Buton, sekilas kita melihat ini Laut Banda adalah terasnya Kabupaten Buton. Sementara potensi perikanan di Laut Banda kan sangat besar.

Terbukti bahwa laut kita sangat terjaga. Saya melihat adalah di Buton ini rompon hanya jarak 5 sampai 10 mil. Sementara di daerah lain kalau ingin melaut bahkan bisa lebih dari 100 mil.

Kedua, saya melihat di Kabupaten Buton selama 365 hari hampir dipastikan tidak ada yang tidak musim ikan. Musim teduh ada jenis ikan tertentu, musim bergelombang atau berombak ada juga ikan tertentu. Sehingga menurut saya, bahwa ikan-ikan ini sebenarnya kalau dimanfaatkan dengan baik, tata kelola pemasaran atau marketing atau penjualannya saya pikir dia punya nilai tambah.

Contoh paling kecil begini, hari ini apakah pertanyaannya di Buton para pemain ikan menempatkan dirinya bahwa ikan yang kami bawa, ikan yang kami beli, ikan yang tangkap, ikan dari Buton. Karena Setelah saya melakukan dengan Kadin kita mengirim beberapa kontainer ke Surabaya ke Margoulo banyak tidak mengetahui ikan dari Buton. Bahkan orang bilang ikan Buton adalah ikan-ikan yang jelek, karena rata-rata nelayan kita ini pakai metode bom.

Padahal metode ikan ini agak sedikit berbeda, pertama kita mengetesnya ikan di suhu 100 derajat, mata dan perutnya belum terpisah. Artinya ikan masih kategori baru. Kedua, dari rasa masih manis. Saya ingin bahwa sebanyak-banyaknya bisa investasi ikan masuk ke dalam.

Kalau perlu ada pabrik di Kabupaten Butan. Bukan hanya sebatas cold storage, tetapi mungkin sampai dengan turunannya. Karena di Kabupaten Buton banyak ikan yang hanya dibuang atau dikubur. Padahal ikan-ikan reject atau ikan-ikan yang kualitas tidak bagus ini masih bisa dikelola dalam bentuk sarden. Dalam bentuk UMKM dan lain-lain.

Saya melihat untuk menembus pasar ekspor tinggal kemauan saja. Artinya tugas pemerintah menetapkan bahwa antara pembeli dan penjual, pemerintah di tengah. Pemerintah menetapkan trust.

Dalam wawancara tersebut, Sumarlin juga menjelaskan soal PAD Buton bisa naik sampai 20 kali lipat. Termasuk program Desa Bisa Ekspor. Lengkapnya ada di channel Youtube: CatatanIrwansyahAmunu.(***)

  • Bagikan

Exit mobile version