Khusus di lingkungannya, kata dia, terdapat enam unit rumah dihuni sekitar 30 jiwa yang masuk kategori rawan longsor. Kondisinya semakin mencemaskan mengingat aliran kali di titik tersebut merupakan kelokan. Sehingga, tanah labil di bagian dasar pinggir kali itu selalu terkikis.
“Warga memang sudah jarang mencuci di sini karena pernah ada kejadian buaya gigit warga. Tapi, harapan kami masyarakat secepatnya dibuat talud supaya aman. Jangan sampai terjadi longsor yang bikin jatuh rumah,” kata Sumartono.
Terpisah, Kepala Pelaksana (Kalaks) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Baubau, La Ode Muslimin Hibali mengatakan, pihaknya telah mengusulkan pembangunan talud penahan abrasi sepanjang 1.800 meter di kali tersebut ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2020 lalu. Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 35,4 miliar.
“Panjang 1.800 meter itu sebelah kiri kanan kali mulai dari jembatan turun ke arah muara. Kalau misalnya nanti masih ada sisa anggaran, kita lanjutkan ke atas sampai ke permandian. Kalau hanya titik tertentu yang ditalud, maka itu tidak efektif, makin lama bisa roboh karena dikikis air dari atas,” ujar Muslimin.(exa)