“Semenjak kita transmigrasi di sini dari tahun 1978, baru kali ini banjir yang luar besar. Kerugian petani khususnya kita di Subak Puri Sari waktu itu seperti bibit, pupuk bahkan ada solar juga hanyut dibawa banjir. Apa boleh buat, kita hanya bisa pasrah,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Lurah Ngkari-Ngkari, I Ketut Suwirta membeberkan, total ada sekitar 100 hektar sawah yang selalu terendam ketika banjir di Ngkari-Ngkari. Sawah-sawah itu dikelola oleh tiga kelompok tani, masing-masing kelompok tani beranggotakan 30 orang.
“Kalau dampak ke pemukiman itu ada sekitar 15 KK (Kepala Keluarga) yang tinggal di pinggir sungai. Jadi, mayoritas warga Ngkari-Ngkari ini memang bergantung pada hasil pertanian,” tandas Suwirta.
Sementara itu, Kabid Rekonstruksi dan Rehabilitasi BPBD Kota Baubau, Hamkah menuturkan, pihaknya akan mengusulkan rekonstruksi talud sungai Ngkari-Ngkari ke BNPB. “Volumenya 1.300 meter persegi dengan estimasi anggaran Rp 6 miliar,” terang Hamkah dikonfirmasi di kantornya.(exa)