BUTONPOS.HINGGA kini lokasi pembangunan Pahlawan Nasional Sultan Buton Oputa Yi Koo masih menjadi kontroversi.
Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau La Karambau yang bergelar bergelar Oputa Yi Koo bukan tanpa alasan. Gelar tersebut bermakna sultan atau penguasa yang bergerilya melawan penjajah Belanda di dalam hutan.
Kenapa lokasi pembangunan Sultan Buton ke-20 (1752–1755) dan ke-23 (1760–1763) tersebut tidak disesuaikan dengan gelarnya yakni didaerah berlatar belakang hutan? Soal ini rupanya budayawan Buton, La Ode Abdul Munafi punya jawaban.
Menurutnya, terlepas dari perdebatan bernada gurauan tentang lokasi dibangunnya patung Oputa Yi Koo saat ini, fakta historis menunjukan diseputar lokasi itulah sebab langsung meletusnya Perang Buton (1755) berawal.
“Perang yang memperhadapkan rakyat Buton versus angkatan bersenjata VOC itu bersebab dari penenggelaman sebuah kapal dagang milik VOC bernama Rustenwerk pada 1752 di Selat Buton (Teluk Baubau), kemungkinan tidak jauh dari lokasi patung dibangun,” paparnya melalui pesan WA yang dikirimkan ke koran ini.
Diuraikan, atas tragedi yang menimpa kapal Rustenwerk, VOC menuntut ganti rugi dari Buton. Tercatat dalam arsip VOC, dua kali utusan dikirim ke Buton guna menyampaikan tuntutan ganti rugi.
“Namun, Sultan Himayatudin menanggapi dingin tuntutan tersebut. VOC mengancam jika Buton tidak segera merealisasikan tuntutan, maka bala tentara VOC akan dikerahkan menyerang Buton,” tuturnya.
“Karena tuntutan VOC tidak kunjung dipenuhi Buton, maka pada 24 Februari 1755 pecahlah peperangan. Rakyat Buton yang dipimpin Sultan Himayatuddin Muhammad Saydhi Ibn Sultan Liyauddin Ismail Muhammad Saydhi, bangkit melawan hingga berkobarlah “Perang Buton” yang mengenaskan,” sambungnya.