“Ada cita-cita yang belum tersampaikan. Saya rintis dari bawah, dari membentuk desa, kecamatan, dan kabupaten. Provinsi belum,” Ir H LM Sjafei Kahar, Bupati Buton Dua Periode
KITA di Buton, kata Sjafei Kahar, ada harapan yang belum kesampaian. “Saya masih dengan usia 73 tahun lebih sudah harus istirahat. Tapi ada juga gubernur yang usianya lebih 80 tahun,” ujarnya.
“Karena ada cita-cita yang belum tersampaikan. Saya rintis dari bawah, dari membentuk desa, kecamatan, dan kabupaten. Provinsi belum,” sambungnya.
Di matanya, pemekaran mudah disebut, tapi sebenarnya sulit. Contohnya tahun 2007 sampai 2010 usulan sampai 132 pemekaran. Saat itu masih melalui hak inisiatif DPR RI.
Diuraikan, lolos DPR RI hanya 19 yang mendapatkan persetujuan presiden. Itu pun satu gagal. Kota Raha karena tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah darahnya, kepala daerahnya.
Jadi peranan parlemen sangat penting. Wakatobi dan Bombana, jika dirinya tidak serius, kedua tidak jadi.
“Bombana, mulai keputusan DPRD sudah ada tapi tidak menyebut ibukota dan nama. Nama dikasih ngambang. Moronene atau Buton Barat. Ibukota Rumbia atau Poleang Timur. Talaga tidak mau gabung,” paparnya.
“Akhirnya saya cari akal. Saya mekarkan Talaga menjadi kecamatan. Supaya keluar dari SK DPR. Karena SK DPR hanya menyebut kecamatan, tidak sampai desa.
Jadi dengan keluarnya Talaga tedak memenuhi SK. Dia keluar dari kecamatan,” bebernya.