Pilgub Sultra, Sjafei Kahar: Tina Nur Alam Paling Lengkap

  • Bagikan
Ir H LM Sjafei Kahar

BUPATI Buton dua periode, Sjafei Kahar bikin geger Kotamara, Minggu (4/8) pagi. Kehadirannya sontak mengundang perhatian publik. Berikut penuturannya kepada wartawan Buton Pos, Irwansyah Amunu.

Apa maksud kehadirannya di Kotamara?

Hari ini saya menikmat kenikmatan berolahraga di Kotamara yang dibangun saudara kita Pak Amirul Tamim.

Bayangkan kalau tidak ada reklamasi ini kita mau bersantai dimana? Jadi kadang–kadang program pemerintah awalnya dulu banyak yang tantang ini, tapi sekarang yang menikmati kan luar biasa. Areal publik sangat dibutuhkan. Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Bagaimana bapak melihat dinamika Pilgub Sultra?

Jadi begini, kita ini kan kadang-kadang akhir-akhir ini tentang kepemimpinan di Sulawesi Tenggara, kita inginkan empat pilar.
Dalam dinamikanya, seolah-olah kami yang menyuarakan empat pilar ini seolah-olah anti suku lain. Padahal bukan begitu.

Yang saya perjuangkan ini juga diperjuangkan seluruh tokoh-tokoh pendiri Sulawesi Tenggara. Pasti itu yang diinginkan.

Makanya saya bersama Pak Nur Alam agak keras menyuarakan itu. Karena apa, kita di Buton ada traumatik kepemimpian tahun 69.

Jadi yang diluar empat pilar, yang bukan asli sudahlah. Sudah cukup mengeruk kekayaan dalam perut bumi, jangan lagi mengambil pemerintahannya. Lalu kami ini mau mengatur dimana kalau kamu lagi yang ambil, kira-kira itu intinya.

Apakah ini juga sudah menjadi kesadaran masyarakat?

Saya lihat dari banyak putra empat pilar, banyak juga yang tidak sadar. Kenapa masih banyak yang mendukung, bahkan berpasangan.

Kalau mendukung orang non pilar atau berpasangan, dosa? Bukan dosa. Melanggar Undang-Undang? Tidak melanggar. Melanggar etika? Tidak melanggar etika.

Tapi jejak digital politik saudara akan dibaca anak cucu kita. Kau telah mengambil prinsip yang berbeda dengan yang diambil pendiri negeri ini.

Bagaimana memberikan kesadaran masyarakat?

Masyarakat sadarlah, kalau empat pilar ini tidak gubernur, mau gubernur dimana? Bisa saja pergi calon di DKI, tapi terpilihkah? Sampai juga kucing bertanduk tidak adak terpilih.

Bisa saja calon di Sulawesi Selatan, tapi terpilihkah? Omong kosong kalau kita dipilih. Lalu mau pilih yang lain?

Lantas bagaimana membahasakan kepada masyarakat?

Jadi begini, kadang-kadang masyarakat kita misalnya mantan wakil gubernur, itu seolah-olah. Jenderal, seolah-olah.

Saya ini sipil, tapi berteman dengan jenderal lebih 30 orang yang gabung dalam dakwah. Salah satunya Jenderal Doktor Arif Rahman.
Begitu pensiun, dilantik Jokowi jadi Duta Besar Afganistan. Pernah satu minggu datang tidur di hotel saya. Ada bintang tiga, lebih 30 orang dari semua angkatan. Bintang tiga semua kami duduk melantai.
Kalau jenderal pensiun, tidak ada protokoler. Jadi masyarakat umum, sama saja dengan yang lain.

  • Bagikan