Kantongi KTA Golkar, Sjafei Kahar: Tina Nur Alam yang Memilih, Saya atau Ikhsan

  • Bagikan
DUET PILGUB SULTRA: Tina Nur Alam dan Sjafei Kahar.(IST)

BUTONPOS.DINAMIKA politik momentum Pilgub Sultra jelang pendaftaran pasangan calon, semakin dinamis. Bagaimana pandangan Bupati Buton dua periode Ir H LM Sjafei Kahar? Berikut penuturannya kepada wartawan Buton Pos, Irwansyah Amunu dalam wawancara.

Bisa dijelaskan, soal pengumuman DPP Partai Golkar yang memasangkan Tina Nur Alam (TNA) dengan figur lain selain Sjafei Kahar?

Memang itu pengumuman dari Partai Golkar, benar. Tapi kemungkinan berubah masih sangat besar. Kenapa, kemarin (Kamis, 8/8/2024) memang baru putranya Pak Ridwan yang memenuhi syarat sebagai kader aktif Partai Golkar. Karena syaratnya wakilnya Ibu Tina adalah harus dari kader aktif Partai Golkar.

Saya kan kendalanya karena pernah diajak calon (wakil) gubernur dulu, tidak menggunakan Partai Golkar. Sehingga saya dianggap sudah keluar dari partai. Bukan kader Partai Golkar, kemudian pada saat Pilcaleg dengan perahu PPP.

Tapi alhamdulillah ternyata tenaga saya masih diperlukan oleh Golkar per kemarin (Kamis, 8/8) saya tercatat sebagai anggota aktif Partai Golkar di DKI Jakarta. Sehingga saya sudah berhak untuk maju sebagai wakil gubernur mewakili Partai Golkar mendampingi Ibu Tina Nur Alam.

Lantas bagaimana menurut bapak dengan lahirnya pengumuman kemarin yang dikeluarkan oleh DPP?

Saya sudah cek klarifikasi di DPP, itu sifatnya masih sementara. Masih berubah-berubah, belum paten.

Artinya kepastiannya nanti tanggal 27 (Agustus)?

Kepastiannya, lihat saja nanti siapa yang mendaftar. Dan Ibu Tina sekarang berhak memilih, kalau hanya satu, hanya Ikhsan. Tapi sekarang kan, saya sudah anggota aktif. Yang berhak memilih di antara dua itu siapa, Ikhsan apa saya.

Berarti dalam hal ini yang berhak memustuskan Ibu Tina, bukan Partai Golkar?

Sekarang Partai Golkar nanti akan mengajukan dua orang kepada Ibu Tina.

Jadi opsinya Partai Golkar mengajukan dua nama, nanti Ibu Tina yang putuskan?

Iya karena per kemarin dulu saya bukan lagi kader Golkar. Memang sudah diumumkan tokoh senior Golkar Sulawesi Tenggara. Itu juga yang bikin saya tidak suka. Kenapa dia urus pribadi saya.

Kemudian terkait dengan hal itu, bagaimana Bapak melihat situasi politik menjelang pendaftaran calon pada tanggal 27 nanti?

Insyaallah, saya tidak takabur, tapi yang akan mendampingi Bu Tina adalah saya. Karena dari awal, (TNA) ingin saya.

Kenapa dia inginkan saya? Dia pingin pemerintahannya bebas korupsi. Menurut Ibu Tina hanya saya yang pemerintahannya bebas korupsi selama 10 tahun. Itu yang diperlukan dari saya.

Mungkin bisa dijelaskan terkait figuritas atau ketokohan? Bagaimana bapak melihat duet antara Tina Nur Alam-Sjafei Kahar?

Saya kira lengkap. Tidak ada kurangnya. Ibu Tina berpengalaman mendampingi suami selama 10 tahun sebagai gubernur. Berpengalaman DPR RI.

Saya berpengalaman bupati secara operasional. Saya mampu memekarkan daerah tanpa keributan.

Ketika saya belum jadi bupati, Buton penerima pengungsi terbesar dan ribut terus. Begitu saya atur, alhamdulillah adem-adem saja.

Dan itu diakui oleh Polda Sulawesi Tenggara waktu itu. Ketika Polda Sulawesi Tenggara menyelenggarakan seminar Kamtibmas di Sulawesi Tenggara, saya satu-satunya bupati diberi kesempatan sebagai narasumber. Masih Kapolda Jenderal Teuku Asikin, tahun 2006.

Saya tanya, Pak Jenderal kenapa harus saya yang harus jadi narasumber? Teman-teman saya para bupati, wali kota orang hebat-hebat. Saya hanya tahu kerja, tidak pintar bicara. Tapi kalau kerja, mari kita baku tanding. Kenapa saya yang diminta.

Gubernur juga tidak diberi kesempatan waktu itu. Makanya Jenderal Asikin bilang, Pak bupati ini seminar tentang keamanan, ketertiban nasional. Diadakan di Sulawesi Tenggara. Kami memilih bapak sebagai narasumber dari hasil pantauan selama lima tahun.

Yang pertama, Buton penerima pengungsi terbesar di Indonesia. Dan sebelum bapak menjadi bupati, ribut terus. Bahkan ada dua anggota Polisi yang meninggal. Satu di Katobengke, satu di wameo. Sebagai ekor dari keributan para pengungsi waktu itu.

Tapi begitu bapak jadi bupati, kita amati lima tahun, sudah tidak ada lagi yang ribut-ribut. Ya adalah demo 10 orang, 20 orang. Jadi kami mau tanya, pasti bapak ada kiat-kiat, jelaskan disini.

Yang kedua, dimana-mana setiap pemekaran ribut dulu baru mekar, ribut dulu baru mekar. Tapi bapak di Buton, tidak ada bunyi, a, i, u, tiba-tiba lahir dua kabupaten, Bombana dan Wakatobi.

Ini kan bukan pekerjaan ringan. Memekarkan dengan etnis yang berbeda. Tapi tidak ada ribut, tidak ada demo. Tiba-tiba lahir dua daerah. Jelaskan, itu saja yang kami minta.

Eh saya bilang, saya mau naik umrah. Saya katakan waktu itu, karena menghadapi periode kedua.

Tolong kasih saya kesempatan pertama, dan saya yakin tidak ada yang bertanya karena pasti jelas. Sepuluh menit selesai, tidak ada yang bertanya.

Pengungsi, setelah saya telusuri akar masalahnya ternyata tim yang dibentuk bupati agak kurang transparan. Menurut mereka masih ada hak-hak yang belum dibagi, tapi piti sudah tidak jelas. Makanya mereka datang lempar kantor bupati. Sampai Polisi, Kapolres waktu itu kena lempar, bocor kepalanya dulu.

Maka ketika datang bantuan Rp 132 miliar dulu, tunai. Dengan beras beberapa ratus ton, saya libatkan semua. Dulu ada beberapa faksi dipengungsi, berapa kelompok. Semua masuk jadi pembagi. Dibikin petunjuk bersama Muspida, bahwa uang dari bank langsung ke lapangan. Tidak boleh singgah-singgah.

Maka dana Rp 132 miliar selesai dibagi tanpa kasus korupsi. Masih ingat ya? Rp 132 miliar.

Di daerah lain, hanya Rp 10, Rp 20 miliar banyak yang masuk penjara. Di Buton Rp 132 miliar, waktu itu saya masih kendalikan Wakatobi, Bombana, Kota Baubau. Rp 132 m, tanpa kasus korupsi.

Banyak LSM datang ke saya. Katanya banyak penyimpangan di lapangan. Saya kasih tahu, kami sudah buat petunjuk bersama Muspida. Serahkan sama yang berhak, tidak boleh ada pemotongan.

Kalau terbukti ada pemotongan, tidak berhak, silahkan lapor Polisi. Saya secara pribadi senang kalau lihat tiba-tiba anak buahku kaya raya. Tapi kalau dia kedapatan melanggar aturan, tanggungjawab sendiri. Karena kita sudah kasih tahu, saya tidak akan bela.

  • Bagikan