Batal dengan TNA. Sjafei Kahar: Akan ada Penggantinya

  • Bagikan
Ir H LM Sjafei Kahar

Artinya kalau bukan saya, siapa lagi yang dia cari. Saya sudah, masuk ajalah kita cerita sedikit. Bagaimana supaya perjalanan pemerintahan bagus. Kalau pencegahan korupsi, kasih saya.

Asal percayakan ke saya, insyaallah. Karena itu kan keteladanan. Kita sama-sama puasa, semua puasa, ya pasti aman. Tapi kalau belum-belum, pimpinan yang tidak puasa, oh di bawah ikut. Kira-kira seperti itu.

Dinamika yang ada dan chemistri yang sudah ketemu, Pak ruksamin dengan Pak Haji. Gimana dengan Kepton sendiri, apakah sudah bisa dijadikan agenda salah satu yang dibahas disitu?

Justru saya masih mau berpolitik karena Kepton. Karena ketika saya tinggalkan, laporan besar tapi faktanya kan bukan lagi jalan di tempat, kadang-kadang hilang.

Dengan demikian bisa dikatakan ini juga membuka atau membesarkan kembali semangat untuk perjuangan Kepton?

Insyaallah, insyaallah. Saya kira itu, karena begitu banyak manfaatnya.

Saya dulu pernah, ketika saya diberi kesempatan ceramah di Masjid Raya dulu. Stafnya wali kota dulu melapor bagaimana, sampai wali kotanya tersinggung gara-gara saya. Saya dengar tersinggung gara-gara ceramah saya.

Saya bilang, dulu Kendari, jauh lebih bagus Baubau ini. Karena saya sekolah di sana. Tapi sekarang faktanya sudah agak berat, kita agak berat kejar Kendari. Bukan karena wali kotanya, karena mesinnya banyak.

Bayangkan, APBD kota, APBP provinsi, APBN, BLN. Semua ada di ibu kota provinsi. Disini hanya satu motor. Bagaimana bisa mengejar.

Saya dengar dulu tersinggung, sampai itu terakhir saya bisa bicara di Masjid Raya, setelah itu tidak bisa lagi.

Tapi ini kan fakta?

Fakta, fakta.

Bukan hal yang didramatisasi tapi kenyataan?

Bukan.

Kembali ke Pak Ruksamin berpasangan dengan bapak sebagai wakil gubernur, berarti ini punya potensi juga Golkar Pak Haji untuk bisa masuk ke sini, atau gimana nanti potensinya?

Saya lihat masih ada peluang, karena yang tarik kan saya. Saya kader. Tinggal besar tidaknya peluangnya itu. Tapi kalau saya punya kekuatan.

Yang penting bagaimana caranya supaya pasangan ini bisa berlayar dalam Pilgub nanti?

Insyaallah, insyaallah. Kalau saya sudah 11 tahun pensiun. Tapi kalau Pak Ruksamin mungkin, kalau dia punya keinginan besar, saya kira masih bisa.

Tapi kalau bapak melihat Pak Haji, potensi pasangan ini untuk maju dalam Pilgub memang punya peluang?

Sangat besar, sangat besar.

Bagaimana dengan elektabilitas jika dua kekuatan ini bersatu. Apakah ini bisa mengangkat elektabilitas untuk bisa memenangkan Pilgub?

Sebenarnya Pak Ruksamin ini kan kuat jalan juga dia. Saya biar tidak kuat jalan, sudah jalan duluan dulu.
Saya kepala dinas, 10 tahun sampai Bombana se-Sulawesi Tenggara satu provinsi. Jadi ada modalah. Insyaallah saya tidak akan merepotkan 01.
Pokoknya apa rezeki saya, sudah itu. Mau terlalu beru juga, mau kasih siapa? Anak-anak juga sudah bisa cari sendiri.
Insyaallah saya tidak merepotkan. Artinya terserah, wajar-wajar saja. Tidak ada juga, ya udahlah, kita pigi itikaf di masjid, selesai. Tidak ada yang kita ingat.

Kemudian komitmen empat pilar di balik dinamika ini, dalam Pilgub Sultra?

Harus itu. Kalau kita tidak komitmen, terus diambil orang. Lalu yang empat pilar ini mau gubernur di mana kira-kira.

Sedangkan dulu saja, Sulawesi Tenggara masih jelek, tidak ada jalan, tidak ada apa, kita pelihara, kita rawat, tidak mau dipimpin orang lain. Sudah bagus begini, baru mau dikasih orang, kan bodoh kita itu.

Komitmen empat pilar, harus pertimbangannya rasional, tidak boleh emosional, gitu Pak Haji?

Rasional dan kita tunjukkan kita untuk empat pilar. Bukan dasarnya, ternyata diam-diam memperkuat diri sendiri, untuk pilar sendiri. Ah itu yang tidak benar.

Bicara soal sedikit mungkin kembali ke trauma kepemimpinan Buton tahun 69, dulu Pak Haji sempat menjadi Bupati Buton dua periode, bagaimana Pak Haji mengembalikan supaya tidak ada traumatik sehingga ada pembersihanlah sejarah masa lalu?

Saya memang, perkembangan Sulawesi Tenggara saya ikuti, karena tahun 72 sudah pegawai dinas provinsi. (Tahun) 69 saya SMA, jadi saya masih menyaksikan yang ditahan-tahan, yang ditangkap-tangkap itu.

Banyak desa-desa kosong, pada pindah di Papua, di Irian, pindah di Kalimantan sana masyarakatnya. Karena tidak kuat perintah kerja bakti dari kepala desa dulu, tahun 69.

Setelah periode (saya menjadi Bupati Buton) berjalan, masih ada sisa. Misalnya tanahnya Pak Bupati Kasim yang di dekat Makam Pahlawan, 5 hektar mungkin. Diambil oleh bupati dulu, kan dibagi-bagi itu ke pegawai.

Tanahnya, rumahnya Pak Halim. Disertifikatkan menjadi milik Pemda. Rumahnya Pak Halim cepat, 2003 saya serahkan. Berdasarkan kewenangan bupati, sesuai ketentuan Kemendagi juga.

Kalau tanahya Pak Kasim, ini kan terkait Komkamtib. Lama saya pelajari. Akhirnya saya cabut Keputusan Bupati, yang saya batalkan keputusan bupati, dengan keputusan bupati.

Jadi saya bekerja dengan kewenangan bupati. Saya batalkan, baru saya serahkan kepada ahli waris.

Alhamdulillah mereka sudah menikmati. Jadi saya kalau kebenaran, gak takut-takut saya. Yang penting, saya pastikan bahwa ini tidak mencelakakan diri saya.

Pak Haji mungkin di bagian akhir ini, apa yang mau sampaikan kepada masyarakat, utamanya pendukung setia, terkait dinamikan saat ini?

Kepada pendukung setia saya, saya sampaikan bahwa selama ini saya sosialisasikan Ibu Tina sebagai calon gubernur. Beliau juga sudah meminta saya melalui Bapak Nur Alam untuk sebagai wakilnya.

Ternyata perkembangannya, ada perubahan. Akhirnya lahir keputusan DPP Golkar, berpasangkan dengan putranya Pak Ridwan BAE.

Masih bisa sebenarnya saya bermain, karena saya sudah pegang KTA. Sudah menuhi syarat, tapi saya tidak mau mengganggu orang sudah nyaman-nyaman.

Apalagi tahu sendiri kan. Saya memang merasa disakiti. Posisi saya bupati dua periode, kok diganti dengan anak bau kencur kemarin.

Saya sendiri sekarang, sampaikan kepada para pendukung, Saya tidak lagi bersama Ibu Tina. Tidak lagi bersama Ibu Tina. Tunggu satu, dua hari, akan ada penggantinya.

Jadi ini mungkin menjadi catatan yang mesti digaris bawahi oleh pendengar, dan pemirsa sekalian, penonton sekalian, bahwa tunggu satu dau hari ini, akan ada penggantinya. Dan itulah yang akan mengarahkan mereka, kemana haluan politik Pak Haji berikutnya?

Iya, iya.

Ada lagi yang mau disampaikan Pak Haji?

Saya kira sudah cukup, sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Nur Alam dan Ibu Tina. Kalau ada yang tidak berkenan selama kita berbaur, saya mohon maaf.(***)

  • Bagikan