Maritime Center, Haliana: Wakatobi World Class

  • Bagikan
H Haliana SE

Jadi intinya bahwa 2025, tidak ada lagi gelap, semua terang. Kami upayakan semaksimal mungkin dan sudah menjadi janji saya kepada masyarakat sebenarnya sejak dulu waktu kami melistriki 24 jam.

Pak Bupati, tadi juga menyinggung soal kedatangan Bu Wamen sempat ke Marina. Dan Marina sudah terbuka dan launching kemarin bulan Juli. Bisa digambarkan soal Marina Pak Bupati?

Marina kita bersyukur, alhamdulillah ini kan sudah menjadi ekonomi Wakatobi. Dan kita syukur sekali ini, tidak banyak daerah seperti Wakatobi.

Saya pertama-tama menyampaikan terima kasih kepada Kementerian, kepada Bapak Presiden, karena ini juga bukan usaha yang gampang.

Kami juga di Wakatobi bukan usaha yang gampang, karena benar-benar kita berpacu dengan waktu dengan segala macam yang harus kami lengkapi. Dan itu sudah dibuka, dan alhamdulillah ini sudah menjadi daya tarik luar biasa buat masyarakat Wakatobi maupun juga warga pendatang di Kabupaten Wakatobi.

Parkir kira-kira saja, dirata-rata 3 juta sampai 5 juta satu hari. Itu informasi dari Kadis Pariwisata kami. Berarti kalau 2 ribu saja kali itu berapa motor? Kalau 3 juta kan berarti kurang lebih 1.500 motor yang keluar masuk setiap hari. Belum omzet yang di dalam. Tapi di dalam kan juga belum maksimal.

Masih banyak space, masih banyak ruang yang belum ditempati oleh pengusaha-pengusaha kita. Di luar juga ada, ini yang kita maksimalkan. Intinya bahwa di Wakatobi bersyukur karena sudah banyak space-space untuk masyarakat bisa nikmati.

Apa kekuatan Marina Pak, sehingga itu bisa menjadi daya tarik dalam satu hari bisa 3 sampai 5 juta?

Salah satunya adalah dia punya space yang besar. Dia punya keunikan sendiri. Jadi itu juga ada di pinggir laut.

Menikmati sunset luar biasa betul-betul kita langsung ke situ. Kemudian di pinggir laut tentu saja pandangan kita jauh. Nah, di Wakatobi ini pilihan-pilihan kita juga ada.

Ada di pinggir laut seperti marina dan sumbu dive, kemudian ada yang di gunung seperti yang ada di Toliamba, kemudian ada di danau kapota itu wisata danau, kemudian di Benteng Liya ada wisata religi.

Kemudian di alun-alun, area publik untuk semua orang. Nah, dan di marina komplit. Komplit kulinernya ada, kemudian juga tempat rekfreasinya ada, tempatnya nongkron-nongkron juga ada, dan itu kan dibuat berlantai, dibuat bertingkat-tingkat.

Nah, kemudian ruangnya memang cukup besar. Panjang mungkin ada satu kilo meter. Kemudian juga disitu ada Pelabuhan Marina, ada juga ikon Kuda Laut. Jadi ada beberapa spesifikasi lah.

Artinya Marina Wakatobi sudah world class?

Ya. Sudah kelas dunia begitu? Memang world class memang karena dibuat juga Bank Dunia.

Jadi memang kita tidak dibuatkan yang apa adanya. Tapi memang kelas dunia betul. Dan memang mengharapkan bahwa ini salah satu juga yang menarik.

Kalau dulu mungkin ada kesan surga laut, di bawahnya surga tapi di atasnya neraka. Nah, ini juga bagian kita untuk berbendah, untuk bisa memperbaiki yang ada di daerah sehingga kemudian lautnya indah begitu, di daerahnya juga indah.
Nah, tinggal lagi dibantu lagi dengan karakter masyarakat yang alhamdulillah sudah cukup familiar, cukup akrab dan cukup untuk menciptakan hospitaliti kepada seluruh wisatawan di Wakatobi.

Bisa dijelaskan Pak, itu sampai kenapa memilih ikon kuda laut disana?

Kalau itu saya belum pernah tanya. Ya, karena Wakatobi adalah daerah yang memiliki biodiversitas yang luar biasa.

Ya, betul. Jadi, kalau mungkin daerah itu sudah ada lumba-lumba, sudah ada gurita dan sebagainya, mungkin salah satu spesies yang unik di Wakatobi adalah kuda laut. Kuda laut, ya.

Kayak tadi, dia punya biodiversitas yang menjadi kekuatannya.

Setahu saya akan ada Sail Indonesia yang singgah di Wakatobi. Apakah Marina yang menjadi titik singgahnya?

Nah, di Wakatobi ini kan setiap tahun.
Nanti di bulan-bulan begini, kalau misalnya ke Marina, sekarang sudah ada beberapa kapal yacht yang bersandar di Marina.

Setiap tahun memang kita menjadi daerah bersinggahan. Dari Darwin, kemudian juga dari Darwin, kemudian ke Tual, Tual ke Banda, Banda kemudian ke Ambon, Ambon ke Buru Selatan, lalu kemudian ke Wakatobi.

Ada juga yang langsung lalu kemudian ke Indonesia Barat. Setiap tahun. Jadi, intinya Marina ini menjadi tempat parkirnya mereka.

Di Marina ada juga pelabuhannya, kelas dunia saya kira. Tidak banyak daerah lain yang punya. Saya nggak tahu kalau di Sulawesi Tenggara ada nggak?

Dan itu memang yang floating jet yang dibantu juga dari Kementerian Pariwisata.

Apa ada data, dalam satu tahun berapa kapal yacht dari luar negeri yang singgah?

Kalau 2024 yang lalu kurang lebih dua kali datang, Pak. Ada yang 18 dengan 17. 35 kapal kalau nggak salah 36.

Karena dua gelombang mereka. Dua gelombang. Berarti bisa sampai 60. Dan itu banyak.

Kalau kita tanya-tanya, ada juga yang dari Perancis, ada dari Eropa.

Kita mengharapkan, mereka datang, jangan hanya tinggal di kapal. Tapi mungkin bisa tinggal nginap satu dua hari di hotel. Nanti kan spendingnya juga di situ.

Karena kita di Wakatobi kadang-kadang kalau kita lihat yang ada di Marina, biasanya memang tidak spendingnya, mereka di situ. Karena biasanya mereka ada yang di Hoga. Lalu kemudian lanjut ke Barat.

Ada juga yang dari Hoga masih ke sini. Jadi yang kadang-kadang dari Hoga langsung ke Barat. Biasa kita kalau ada laporan dari teman-teman di Hoga, baru kita bisa tahu ada yang sekian, ada yang sekian.

Kalau yang singgah di Marina, gampang kita deteksi. Dari Dinas Parwisata sendiri, karena mereka punya pelabuhan, itu catatanya. Sampai hari pertama datang, berapa hari datang.

Kemudian berapa hari lagi. Sampai berapa hari lagi mereka baru berangkat. Ada juga malah satu dua kapal itu, kapalnya dilaporkan di situ.

Simpan aja di situ. Baru kemudian mereka naik pesawat. Pulang ke kampung dia.

Nanti berikutnya baru datang lagi. Berarti aspek sekuritinya di sini sudah terjamin.

Kita syukurilah. Mereka bisa menetipkan kapalnya. Itu kan berarti ada keyakinan bahwa di Wakatobi aman.

Karena yacht bukan nilai murah. Nah itu keyakinan nilai yang bapak-ibu sekalian, seluruh masyarakat Wakatobi kita komitmenlah untuk menjaga ini. Karena pariwisata salah satu juga yang akan membuat masyarakat datang.

Bisa tahu datang ke suatu tempat. Pertama tentang keamanan. Nah kalau kita komitmen untuk menjaga keamanan, insyaallah.

Haliana juga menyinggung terkait iven Maraton Half pada November nanti, total hadiah Rp 250 juta. Termasuk komitmennya untuk pembentukan Provinsi Kepulauan Buton (Kepton). Lengkapnya di Youtube Catatan Irwansyah Amunu.(***)

  • Bagikan