JALAN PINTAS KEPTON (2). Kalialia Kota Satelit, Amirul Tamim: Lakologou dan Waruruma Kota Mandiri

  • Bagikan
Amirul Tamim

Yang kedua, Buton juga punya potensi yang besar. Oleh sebab itu, saya pikir rangkaian kota sebagai kota hunian. Pada waktu itu, kita sudah bermimpi Baubau sebagai ibukota provinsi.

Maka Baubau sebagai ibukota provinsi harus tertata dengan baik. Sehingga Kalialia saya buat menjadi kota satelit.

Kenapa kota satelit? Karena arah Kota Baubau mengarah ke Batuga. Kita tidak mau kota lama mati. Maka kita harus buat satu satelit. Di sebelah kirinya, kalau di pelabuhan atau Pantai Kamali kita menghadap.

Sebelah kiri biarkan dia berkembang ke arah Batauga. Sekarang Buton Selatan. Tapi di sebelah kanan kita, harus juga berkembang. Jadi Kalialia dijadikan Kota Satelit, Lakologou dijadikan bersama Waruruma jadi Kota Mandiri. Itu konsep sebenarnya untuk merekayasa kawasan.

Menjadikan kota satelit untuk menjemput dinamika baru ketika Jembatan Buton Muna terwujud. Sehingga arah kota berimbang.

Sekarang kesannya lebih condong sebelah kiri ke arah Buton Selatan, sebelah kanan mungkin mati?

Nah, itu sedikit kelalaian dari dinamika kota, minta maaf setelah saya yang tidak nyambung. Kalau melihat ilustrasinya dulu, kita potong kendala ada di Wantiro menjadi jalur yang tuntas.

Kemudian kita bikin jalan pada waktu itu kita sudah reklamasi, jalan dari Lakologou ke arah Bypass. Saya tidak bisa selesaikan.
Alhamdulillah bisa diselisihkan oleh eranya Pak Monianse. Jalan yang dikenal sekarang bypass.

Konsep itu sebenarnya untuk mengikat ke depan bypass dengan Warumusio. Kedepannya bukan jalan di Wantiro, Tapi jalan di bawah Wantiro.

Jalan di bawah Wantiro bukan dengan konsep reklamasi, tapi dengan jalan layang. Seperti yang kita biasa lihat di Jakarta, jalan layang, jembatan layang.

Kalau kita bicara berbasis potensi, seperti itu rekayasa kawasannya.(bersambung)

  • Bagikan