“Semua sudah sepakat, tinggal hasil pengukuran itu saja yang ditunggu,” kata Monianse.
Kompeks Perumnas Waruruma adalah Kompeks Perumahan yang dibangunan oleh Perum Perumnas tahun 1970-an. Pada saat Kota Baubau masih menjadi Ibu Kota Kabupaten Buton. Karena itu segala sesuatu yang terkait dengan perizinan dan sebagainya masih melalui pemerintah Kabupaten Buton. Karena itu, ketika Perum Perumnas menyerahkan aset itu kembali kepada pemerintah, maka mereka menyerahkannya kepada pemerintah Kabupaten Buton. Ketika Pemerintah Kota Baubau menelusurinya agar diserahkan kepada pemerintah Kota Baubau, ternyata di sana tidak tercatat sebagai aset pemerintah Kabupaten Buton dan berkasnya pun tidak ditemukan, karena mereka menganggap Kota Baubau bukan lagi wiayahnya. Karena itu, terkatung-katungah pembangunan di Kompeks Perumahan itu, sampai ada istilah oleh warga “kita ini orang paling sabar, karena tetap sabar melihat warga di luar kompeks perumahan itu setiap tahun membagi kue pembangunan, akhirnya warga merasa mereka ibarat anak yang tidak diakui”.
Wali Kota mengatakan setelah melalui proses yang panjang dan diurus secara serius akhirnya ditemukan solusi penyelesaiannya. “Ternyata bisa diselesaikan,” tegasnya.
Bukan hanya pemerintah kota yang mempersiapkan penyerahan itu, warga juga ikut membantu. Ketika dimintai syarat pengukuran harus ada tanda tangan warga yang menyatakan siap menerima penyerahan aset dalam kondisi sekarang, mereka juga kerja keras mengumpukan tanda tangan.
Wali Kota juga berjanji bukan hanya melakukan pengaspalan begitu saja, tapi juga akan memperhatikan titik-titik resapan air. Apakah dibuatkan sumur resapan atau ditimbun, nanti akan dilakukan dengan baik oleh Bina Marga. “Inyaallah, nanti kita akan lihat hasilnya,” kata Monianse menjawab pertanyaan warga mengenai adanya jalan yang tergenang air dalam kompleks perumahan itu. (*)