Amirul Tamim: Bicara Maritim, Baubau Ibukota Provinsi

  • Bagikan

Dikemukakan pariwisata kalau jadikan salah satu isu, bukan hanya perhotelan, tapi kuliner. Cuma sayangnya kita tidak jaga Pantai Kamali dan Kotamara untuk berbasis kuliner.

“Kita tidak pernah hitung kenapa Pantai Kamali kalau siang harus kosong semua, tidak boleh ada bangunan permanen. Kenapa kita ingin rapi, agar yang datang makan jangan orang Baubau,” tuturnya.

“Kalau orang Baubau secara ekonomi, saya penjual, pak Nasruddin pembeli. Dia beli makanan saya, kita hitung total Baubau masih berputar disini saja uangnya,” sambungnya.

Oleh sebab itu didesain, supaya yang datang di Baubau gatal kakinya kalau tidak cicipi makanan di Pantai Kamali. Itu konsepnya.

“Saya bicara supaya jadi ilustrasi dalam perencanaan,” tukasnya.

“Coba lihat Pasar Pujaserata di Stadion Betoambari. Tadinya disiapkan ruang parkir, namun dijadikan ruang jualan. Sehingga pemilik mobil tidak berani datang makan. Apalagi kalau mobilnya belum lunas? Mau parkir dimana?”

Sehingga datang belanja disitu bisa dihitung kapasitas belanjanya. Oleh sebab itu, merencanakan kawasan hitung siapa konsumennya. Kalau datang bawa mobil, mungkin bisa lima orang. Gengsi kalau belanja Rp 100 ribu.

“Ayo kalau ada permintaan tempat, rencanakan kawasan baru untuk masyarakat kita. Itulah ilustrasi untuk bagaimana menjadikan Baubau dulu,” paparnya.

“Jadi untuk 2025-2045, target utamanya kita awal sudah harus jadi provinsi. Itu harus dikerjakan. Agar konsep martim termanfaatkan,” tukasnya.

Berikutnya, tambah Amirul, dalam otonomi daerah, kita tidak punya kewenangan dalam lima hal. Hukum dan pertahanan keamanan, tetapi sebagai jenjang pemerintahan yang menguasai wilayah, aspek pertahanan keamanan harus tetap dihitung.

“Bagaimana ruang pertahanan yang harus dicadangkan, disiapkan. Apa saja? Oleh sebab itu, perlu duduk bersama dengan aparat untuk memposisikan, dimana kacamata mereka melihat kawasan ini dari aspek pertahanan, keamanan,” bebernya.

Dari sisi luat, kata Amirul, dimana pangkalan Angkatan Laut yang bisa mengawasi ALKI III.

Amirul bertanya, bagaimana posisi udara? Bandar Udara Betoambari harus disiapkan angkutan masa depan dari komuditas yang bernilai ekonomi tinggi. Diangkut, dengan angkutan udara, yang pasa saat itu tiba pada waktunya, dengan mutu yang baik. Melalui angkutan udara. Namun harus dijaga.

“Dulu kita jaga kawasan itu. Walaupun tidak ada dalam RIK (Rencana Induk Kota) namun tidak bisa membangun. Karena terpikir untuk membangun bandara,” paparnya.

“Kalau sudah diduduki semua, akan menjadi kendala, Bandara Baubau tidak bisa dikembangkan. Mungkin akan lari ketempat lain,” sambungnya.

Kalau bandara lari ketempat lain, sebut Amirul, tidak ada gunanya visi misi ini. Oleh sebab itu dijaga. Kalau dibiarkan, bukan menghilangkan hak orang. Dia punya hak atas tanah itu, tapi kita pelihara. Pada saatnya punya nilai ekonomi yang tinggi.

“Tapi kalau menjadi kawasan terbangun, tanpa perencanaan, menjadi kendala untuk Baubau menyiapkan masa depannya. Dan memerankan masa depannya sesuai dengan visi jangka panjangnya. Itu harus dihitung,” bebernya.

Terakhir, lanjut Amirul, sepakat dengan rektor, kalau pendidikan kita ketinggalan, orang lain yang akan berperan. Dan kita jadi penonton.

“Itu tidak sedikit sudah terjadi dibeberapa tempat. Untuk itu Pemda memberikan dukungan terhadap perguruan tinggi yang tumbuh di Baubau. Perguruan tinggi bisa tumbuh dan besar,” papar Amirul.

Mantan anggota DPR RI ini juga bertanya, bagaimana dukungan birokrasi. Jangan biarkan tumpul. Tetap siapkan anggaran agar mereka berbenah melalui pendidikan, stratata dua, tiga. “Kalau ada strata empat, kirim ke strata empat,” ujarnya dengan nada humor disambut tawa peserta.

Kata Amirul, harus bisa mengimbangi. kalau tidak, kita akan tertinggal.

“Jangan biarkan kita masuk RPJP, (kalau)kita belum jadi provinsi,” pungkasnya.(IRWANSYAH AMUNU)

  • Bagikan