Politisi Muda dan Ruang Suara Publik: Antara Gaya Kritikal yang Reaktif, dan Gaya Autentik yang Reflektif

  • Bagikan
Kasra J. Munara

Bagi Umar Bonte, mungkin ini saatnya menyeimbangkan keberanian menyuarakan masalah dengan upaya membangun kolaborasi. Kritiknya bisa menjadi kekuatan perubahan, selama tidak berhenti pada nada perlawanan, tetapi diikuti dengan inisiatif membangun solusi bersama.

Sementara bagi Rabia Al Adawia, momen ini dapat menjadi pengingat bahwa efektivitas kerja prosedural perlu terus dibarengi dengan kedekatan emosional dan komunikasi publik yang kuat. Di tengah masyarakat yang makin digital dan cepat bereaksi, kemampuan menjelaskan langkah dan membumikan capaian menjadi bagian penting dari legitimasi seorang pemimpin.

Keduanya membawa energi generasi baru yaitu berani, vokal, dan adaptif. Namun energi saja tidak cukup. Kita berharap keduanya—dan pemimpin muda lainnya—terus terbuka terhadap pembelajaran, evaluasi diri, dan perluasan perspektif. Karena hanya dengan itu, gaya yang berbeda-beda bisa menuju satu tujuan yang sama: politik yang membebaskan, mempersatukan, dan memperbaiki kehidupan bersama.

Mendidik Publik, Bukan Memecah Publik

Dalam pendidikan politik, penting bagi publik untuk tidak terjebak pada polarisasi gaya. Kita tidak perlu memilih antara “yang berani bicara” atau “yang bekerja diam-diam.” Kita perlu mendukung keduanya, dengan catatan: apakah suara mereka membawa ruang baru untuk partisipasi, atau justru menutup ruang itu?

Pemimpin sejati bukan hanya yang didengar, tetapi yang membuat orang lain berani bicara. Bukan hanya yang mengkritik, tapi juga yang memfasilitasi solusi bersama.

Penutup: Politik Sebagai Ruang Bertumbuh

Sebagai bangsa dengan mayoritas penduduk muda, kita membutuhkan lebih banyak politisi muda yang bukan hanya vokal, tetapi juga reflektif; bukan hanya berani berbeda, tetapi juga berani mendengar dan merangkul. Dinamika antara Umar dan Rabia adalah contoh nyata bahwa kita sedang bergerak menuju demokrasi yang lebih partisipatif—selama kita mampu belajar, bukan saling menjatuhkan.

Mari terus mendukung para tokoh muda kita dengan harapan, dengan kritik yang sehat, dan dengan ruang dialog yang luas.

-Sekian-

*) Leadership Circle Profile (Anderson & Adams, 2016)

  • Bagikan