Hal itulah yang menjadi tantangan bagi KPA untuk menjaring para kelompok berisiko untuk melakukan tes HIV AIDS. Karena tidak bergejala, kata dia, maka seseorang bisa saja tidak mengetahui statusnya dan merasa sehat.
“Tantangannya adalah ketika ODHA tak ada gejala, 5-10 tahun dia akan sehat. Dia juga tak tahu berisiko kena HIV AIDS. Kalau yang sudah bergejala seperti jamur hingga ada komplikasi TBC biasanya itu sudah ke fase AIDS,” kata Silvia.
Ia menegaskan harapannya di tahun 2030, 95 persen ODHA yang sudah terjaring harus diberi obat terapi Antiretroviral (ARV). Sehingga dengan ARV nanti virus di dalam tubuhnya tersupresi atau tertekan.
“Ketika orang-orang ODHA berobat rutin, virusnya masih ada sih tetapi jumlahnya sedikit. Ketika undetect nanti dia akan sangat kecil penularannya terhadap pasangannya. Harapannya seperti itu. Ketika ODHA ingin menikah, ya menikah saja. Ada program pencegahan, dari ibu ke anak, anak ke pasangan. Sehingga kualitas hidupnya juga lebih baik,” tegasnya. (*)