Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Baubau. dr Musfiqoh Tusholehah SpKJ: Hapus Stigma

  • Bagikan

BARU dua hari beroperasi di RSUD Baubau, dr Musfiqoh Tusholehah SpKJ memberi warna baru di institusi yang dipimpin dr H Sadly Salman SpOG tersebut. Bagaimana kiprahnya kedepan? Berikut penuturan Fiqo –sapaan dr Musfiqoh Tusholehah SpKJ– kepada wartawan Buton Pos, Irwansyah Amunu.

Bisa diceritakan spesialisnya yang ditangani?

Yang ditangani banyak, hal-hal yang meliputi kesehatan jiwa mulai dari pasien yang sakit. Penyakit ganggun jiwa atau pemeriksaan kesehatan jiwa. Apalagi sekarang yang sedang terjadi seleksi PNS, P3K, nah itu, kami bisa melayani pemeriksan jiwa.

Ini baru disini, adakah pasien yang dilayani?

Sejauh ini belum ada, polinya baru dibuka dua hari yang lalu. Kita juga belum kredensial BPJS, mungkin itu jadi salah satu kendala buat pasien-pasien akhirnya tidak bisa dirujuk karena pembiayaannya masih umum.

Tapi saat ini kredensial BPJS sedang berjalan prosesnya. Mungkin insyaallha kita doakan, semoga bulan Oktober sudah bisa terima pasien BPJS dan sudah bisa menerima pasien dari rujukan Puskesmas-Puskesmas buat penanganan gangguan-gangguan jiwa.

Ini unik, Rumah Sakit yang tidak spesifik rumah sakit jiwa tetapi ada spesialisnya, spesialis jiwa. Terkait hal itu apakah ada kendala?

Sebenarnya, jadi pelayanan kesehatan jiwa tidak mesti di RSJ saja, sebenarnya bisa juga di RSUD. Tapi memang kendalanya yang pertama, pembiayaan rujukan.

Kedua yang paling memang agak sulit, stigma dari masyarakat. Banyak pasien yang menyangka, kalau misalnya berobat di posi psikati atau poli jiwa itu hanya pasien yang tanda kutip gila saja.

Jadi kadang-kadang mereka malu kalau misalnya kelihatan kontrol di poli psikiatri. Padahal, sebenarnya gangguan jiwa berat yang mungkin kita lihat prilakunya marah-marah, cuma 20 persen dari gangguan jiwa yang kami tangani. Yang banyak, 80 persen adalah gangguan jiwa yang kadang-kadang tidak kelihatan.

Makanya gangguan jiwa sering disebut dengan penyakit yang tidak terlihat. Jadi, kayak penyakit cemas, penyakit depresi, banyak sering kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari.

Kadang-kadang disebut kurang liburan. Padahal yang sudah gangguan tidak bisa ditangani dengan liburan. harus berobar ke poli psikiatri salah satunya.

Bicara problem kejiwaan, ada dua yang berkakater kota, Kendari dan Baubau, status itu juga berpengarus terhadap karakter masyarakatnya. Terkait hal itu, dengan kondisi status Baubau yang bersentuhan langsung dengan spesialis dokter dan masyarakat?

Kalau misalnya karakter dari Kota Baubau, adalah kota dari kepulauan. Sudah begitu, mata pencahariannya, bagaimana pendidikan, sukunya pasti berbeda dengan di Kota Kendari. Itu akan karakteristik-karakteristik kultural tertentu bisa menjadi predisposisi suatu gangguan jiwa.

Mungkin misalnya yang di Kota Kendari yang sering dialami oleh mereka seperti ini, kalau misalnya di Baubau seperti ini. Cuma misalnya, spesifiknya saya belum terlalu banyak tahu karena saya baru disini.

Saya belum berjumpa dengan pasiennya, mungkin nanti insyaallah kedepannya, kita akhirnya akan melihat apa yang membuat populasi dipasien di Kota Baubau berbeda dengan pasien di Kota Kendari.

Yang perlu digaris bawahi, faktor kultural memang sangat mepengaruhi bagimana munculnya suatu gangguan jiwa di suatu populasi masyarakat tertentu. Paling pentingnya, dari faktor kultural tersebut, bagaimana cara dari misalnya pasien dari Kota Baubau cara mereka meminta pertolongan.

  • Bagikan